1. Pendahuluan
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidak-akuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah untuk :
Melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang ada.
Mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
Kompentesi pada saat proses penawaran. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak.
Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya. Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan kerajinan estimator dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai dengan infomasi terbaru. Secara umum komponen biaya yang tercantum dalam estimasi biaya konstruksi meliputi :
Estimasi biaya langsung (material, labor & peralatan).
Estimasi biaya tak langsung.
Biaya tak terduga.
Keuntungan (profit).
Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengestimasi biaya langsung yang secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu metoda yang digunakan untuk melakukan estimasi biaya penawaran konstruksi adalah menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Saat ini para estimator di Indonesia masih banyak mengacu pada BOW (Burgerlijke Open bare Werken) yang ditetapkan tanggal 28 Pebruari 1921 pada jaman pemerintah Belanda.
Sudah ada upaya yang dilakukan oleh Puslitbang Pemukiman, Departemen Kimpraswil untuk memperbaharui BOW tersebut dengan membuat Standar Nasional Indonesia (SNI), meskipun belum mencakup seluruh jenis pekerjaan. Pada kedua acuan tersebut yang dicantumkan adalah nilai-nilai indeks atau koefisien yang didefinisikan sebagai faktor pengali pada perhitungan biaya bahan dan upah ketja tukang pada setiap satuan jenis pekerjaan. Metoda ini dapat dilakukan apabila rencana gambar teknis dan persyaratan teknis telah tersedia sehingga volume pekerjaan dapat dihitung.
Pada awalnya estimasi biaya penawaran yang menggunakan panduan tersebut adalah untuk menstandarkan harga bangunan berdasarkan kualitas bangunan yang sarna. Hal ini sangat membatasi para estimator apabila harus memperhitungkan berbagai faktor resiko yang berbeda pada setiap daerah. Resiko ketidak-seragaman ketrampilan tukang, bervariasinya mutu bahan di setiap daerah, kendala-kendala teknis lainnya yang mempengaruhi pemilihan metoda konstruksi dan lain sebagainya adalah merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan pada estimasi biaya penawaran. Faktor resiko tersebut yang menyebabkan nilai indeks juga berbeda. Padahal nilai indeks yang tercantum dalam SNI maupun BOW masih menganut nilai tunggal. Perbedaan-perbedaan inilah yang selanjutnya akan dikaji lebih dalam dalam studi ini. Atas dasar inilah yang menjadi pertimbangan mengapa pengkajian indeks biaya perlu dilakukan. Hal ini penting untuk dipelajari guna untuk melihat sejauhmana aplikasi penggunaan SNI Analisa Biaya Kontruksi Untuk Bangunan Gedung dan apabila terdapat perbedaan berapa besar perbedaan tersebut.
Hal lain yang perlu dipelajari pula dalam kegiatan ini adalah pengaruh produktivitas kerja dari para tukang yang melakukan pekerjaan sama yang berulang. Hal ini sangat penting mengingat bahwa efisiensi pekerjaan juga dipengaruhi dengan faktor pembelajaran atau learning effect sehingga kebutuhan waktu pelaksanaan pekerjaan pada waktu pertama kali pekerjaan dilakukan akan berbeda dengan pelaksanaan yang kedua dan seterusnya. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi jumlah biaya konstruksi yang diperlukan apabila tingkat ketrampilan tukang dan kebiasaan tukang berbeda.
Selain kedua hal tersebut diatas, juga perlu dikaji produktivitas kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, dengan cara membuat model pekerjaan pada konstruksi bangunan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan mengamati kendala-kendala teknis dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diukur faktor pengaruh lain yang harus diperhitungkan pada estimasi biaya pekerjaan.
2. Metode Menentukan Indeks Biaya
Metoda yang digunakan dalam menentukan indeks biaya biasanya meliputi dua metoda.
Pertama, pada pengkajian indeks biaya dilakukan dengan menginvetaris data sekunder pada proyek konstruksi yang telah lalu. Hal ini dilakukan dengan mengkaji dokumen analisa harga satuan pada dokumen penawaran. Sebagai panduan dilakukan dengan menyusun kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur, dan langsung wawancara ke kontraktor, konsultan perencana, intansi pemerintah atau pelaksana konstruksi lainnya yang dipilih secara acak.
Kedua, dengan metoda eksperimental yang dilakukan di laboratorium dan di lapangan.
2.1. Langkah Kerja kajian Indeks Biaya
Perolehan Indeks biaya bahan dan upah kerja dilakukan melalui penelusuran data sekunder dari catatan dalam dokumen analisis harga satuan pada dokumen penawaran. Langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut :
Kajian pustaka
Penyusunan kuisioner
Pemilihan instansi sebagai responden
Pengiriman kuisioner
Kunjungan ke instansi terpilih
Melakukan interview dan inventarisasi data
Analisis data
Aplikasi nilai indeks biaya
2.2. Langkah Kerja Pengujian Di Laboratorium
Pengujian di laboratorium dilakukan dengan membuat spesimen skala penuh. Misal untuk pekerjaan pembuatan beton bertulang. Spesimen terdiri dari balok, kolom dan pelat berjumlah lima buah untuk masing-masing jenis. Analisis dilakukan untuk menetukan faktor learning effect, yaitu faktor yang tergantung pada pengalaman kerja dari pekerja akibat dari proses pembelajaran.
Langkah Kerja Pengujian di Laboratorium
2.3. Langkah Kerja Pengujian Di Lapangan
Pengujian di lapangan dilakukan untuk mengukur produktivitas pekerjaan.
Langkah Kerja Pengujian di Lapangan
3. Estimasi Biaya Konstruksi
Analisis biaya konstruksi adalah suatu tahap yang selalu dilakukan pada saat seorang estimator akan mengestimasi biaya konstruksi yang selanjutnya akan dicantumkan dalam dikumen penawaran. Secara umum dalam dokumen penawaran biaya konstruksi antara pihak konsultan, owner dan kontraktor mempunyai pendetailan yang berbeda. Tetapi perincian biaya yang dicantumkan meliputi dari biaya -biaya sebagai berikut :
Biaya langsung (material, tukang dan peralatan)
Biaya tak langsung
Biaya tak terduga
Biaya overhead, keuntungan
Bagaimana para estimator mengestimasi biaya suatu proyek konstruksi bangunan, untuk mereka yang tidak terbiasa melakukan estimasi, proses yang harus dijalani terlihat rumit. Seperti memperkirakan jumlah pekerja, jumlah bahan yang diperlukan, jumlah waktu pelaksanaan dan sebagainya. Selain kesulitan akibat parameter-parameter langsung yang berhubungan dengan biaya konstruksi, terdapat beberapa hal yang juga turut mempengaruhi keakuratan biaya estimasi yaitu waktu dan pengalaman dari estimator seperti pada gambar dibawah.
Mengapa selalu terjadi perbedaan perhitungan antara biaya estimasi dengan biaya aktual? Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu :
Perhitungan jumlah/volume.
Harga material
Upah tenaga kerja
Prakiraan produktivitas pekerja
Metoda kerja
Biaya peralatan konstruksi
Biaya pekerjaan tak langsung
Bayaran untuk sub-kontraktor
Bayaran untuk supplier material
Ketidak-pahaman kondisi lokasi
Faktor-faktor yang bersifat lokal
Biaya yang berkaitan dengan waktu pelaksanaan konstruksi
Biaya-biaya awal pelaksanaan
Overhead
Pertimbangan keuntungan
Alokasi resiko dan biaya tak terduga
Kesalahan dalam rumusan estimasi
Informasi dasar yang biasa digunakan untuk perumusan estimasi biaya
Tekanan pasar
Alasan-alasan tersebutlah yang menjadi tugas estimator untuk meminimasi perbedaan tersebut dengan cara memahami rencana proyek, kondisi setempat, dan beberapa faktor resiko lainnya.
4. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi
Ada beberapa metoda dalam melakukan estimasi biaya konstruksi yaitu :
Estimasi harga-pasti (fixed-price)
Metoda lumpsum (lumpsum estimate)
Metoda ini umumnya dilakukan bila jenis pekerjaan dan jumlahnya telah diketahui dan dikenal benar. Kontraktor berani mengambil resiko. Bila ketidakpastian terjadi di lapangan, maka tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi owner adalah bahwa harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga memudahkan untuk menentukan anggaran.
Metoda harga satuan (unit-price estimate)
Metoda harga satuan biasanya berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran juga dicantumkan juga estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya. Seperti halnya pacta cara estimasi lump sum, survey jumlah dibuat untuk setiap jenis penawaran. Biaya total proyek dihitung meliputi tenaga kerja, material, peralatan, sub-kontrator, overhead, markup, dsb.
Estimasi harga-perkiraan (approximate estimate)
Metoda ini didasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada beberapa metoda yang termasuk kategori ini yaitu :
Harga per fungsi, metoda ini didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis penggunaan
Harga luas, metoda ini menggunakan harga per luas lantai
Harga volume kubik, metoda ini didasarkan pada volume bangunan
Modular takeoff, metoda ini mengacll pada konsep modul dan kemudian dikalikan untuk selllruh proyek
Partial takeoff, metoda ini merupakan jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan.
Harga satuan panel, metoda ini dilakukan dengan mengasumsikan harga satuan per luas lantai, keliling, dinding, atap, dan sebagainya
Harga parameter, metoda ini menggunakan harga satuan dari komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai, dinding, dan sebagainya.
5. Permasalan Dalam Estimasi Biaya Konstruksi
Seorang estimator akan berusaha melakukan estimasi biaya sedekat mungkin dengan kebutuhan biaya aktual. Untuk melakukan estimasi biaya suatu pekerjaan sering dijumpai beberapa kesulitan yaitu :
Masalah memilih metoda keria
Dalam setiap jenis pekerjaan mungkin terdiri dari beberapa metoda kerja. Sebagai contoh seorang estimator harus mengasumsikan terIebih dahulu berapa tukang yang diperIukan dalam melakukan pekerjaan dinding pasangan bata, apakah diperlukan pekerja 3 orang atau 4 orang untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik? Bagaimana mengawali pekerjaan? Apa saja kendala yang dihadapi? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dicari solusinya dan dipilih yang paling ekonomis.
Masalah kebutuhan tenaga kerja
Untuk mengasumsikan kebutuhan tenaga kerja, biasanya didasarkan pada hasil kinerja pekerjaan sebelumnya untuk satu jenis pekerjaan yang sama. Dengan demikian dokumentasi pekerjaan di lapangan sangat berguna untuk membantu para estimator dalam menganalisa proyek berikutnya. Manipulasi data mungkin tetap diperlukan, misalnya karena terjadi penurunan kondisi pekerjaan.
Masalah upah tenaga kerja
Berapa biaya yang diperlukan untuk tukang? Seorang estimator harus memperkirakan biaya tersebut. Biaya tukang akan bervariasi tergantung pada pekerjaan, keahlian, peraturan upah minimum, kondisi pasar, dan sebagainya
Masalah biaya material (yang terpakai dan terbuang)
Hal ini dapat diperkirakan dengan tepat apabila material tersedia dan banyak dijual di pasaran. Jumlah material yang diperlukan harus dihitung berdasarkan gambar kerja dan tidak tergantung pada kinerja tukang atau metoda kerja. Akan tetapi seorang estimator tidak hanya mempertimbangkan material yang diperlukan dalam perkejaan, tetapi juga perkiraan material yang terbuang. Faktor ini sangat bervariasi dan tergantung pada kinerja dan prosedur kerja yang dipakai oleh tukang.
Masalah biaya overhead dan keuntungan
Jumlah ini akan tergantung pada kebijakan perusahaan, kondisi pasar, dan banyak variable lainnya.
6. Pengaruh Lokasi Proyek
Perhitungan estimasi biaya konstruksi sangat dipengaruhi oleh lokasi. Seorang estimator harus sadar betul bahwa suatu harga di lokasi A yang berada di pusat kola akan berbeda dengan dengan lokasi B yang berada di daerah pegunungan. Faktor lokasi muncul karena terdapat beberapa perbedaan yang menimbulkan kesulitan, seperti :
Keterpencilan kawasan (remoteness)
Keterbatasan lokasi (confined sites)
Ketersediaan tukang (labor availability)
Cuaca (weather)
Pertimbangan desain (design consideration)
Kerawanan dan keamanan lokasi (vandalism and site security)
6.1. Keterpencilan Kawasan (Remoteness)
Daerah yang terpencil akan mengalami beberapa kesulitan, yaitu
Masalah komunikasi.
Jika kesulitan komunikasi seperti tidak adanya jaringan telepon, maka diperlukan alat komunikasi lainnya. Kesulitan komunikasi dalam melaksanakan proyek adalah masalah besar sehingga memerlukan biaya tambahan.
Masalah transportasi
Semula material dan tenaga kerja perlu diangkut ke lokasi. Jika rote jalan buruk bisa terjadi keterlambatan pengiriman material; mendatangkan kendaraan berat bisa merusak jembatan sempit sehingga diperlukan biaya perbaikan.
Harga material berfluktuasi.
Harga material naik biasanya karena naiknya biaya transportasi seperti karena jarak jauh atau kesulitan transportasi.
Sumber listrik dan air
Tenaga listrik dan sumber air selalu diperlukan pada saat pelaksanaan konstruksi. Air diperlukan untuk pengceoran beton, membersihkan dan banyak perkerjaan lainnya. Air yang mengandung garam tidak diperkenankan pada persyaratan pekerjaan beton, atau plesteran. Sehingga perlu didatangkan air pada lokasi. Hal ini tentunya akan menambah biaya konstruksi. Demikian juga untuk kebutuhan tenaga listrik. Bila tidak ada sumber listrik, maka perlu disediakan generator listrik.
6.2. Keterbatasan Lokasi (Confined Sites)
Lokasi yang terkurung umumnya disebabkan karena kemacetan atau sebab lainnya sehingga lokasi tersebut tidak bebas. Hal ini bisa berakibat produktivitas pekerja dan alat rendah. Lebih jauh lagi karena keterbatasan lokasi dapat membatasi pemilihan metoda kerja, jenis alat yang digunakan dan jumlah pekerja yang bisa dikaryakan. Dengan keterbatasan ruang gerak, pada awal proyek perIu kehati-hatian dalam menentukan utilitas agar tetap menghasilkan keuntungan yang maksimum dengan menghasilkan produktivitas kerja yang tetap baik. Keterbatasan ruang gerak dapat menimbulkan masalah logistik.
Pengangkutan material tidak dapat dilakukan sekaligus, sehingga setiap jenis material perlu diangkut setiap waktu tertentu. Kondisi ini akan memerlukan biaya tambahan.
Seorang estimator perlu memahami masalah-masalah logistik di setiap lokasi. Masalah tersebut dapat terjadi karena jalan masuk terbatas, penimbunan material terbatas, penyimpanan peralatan terbatas, kendaraan trailer tidak dapat digunakan. Semua keterbatasan tersebut menyebabkan pembatasan penggunaan jenis peralatan, pengaruh pada efektivitas manajemen pekerjaan, produktivitas pekerja, pembatasan jumlah pekerja. Hal tersebut dapat menimbulkan penambahan biaya konstruksi.
6.3. Ketersediaan tukang (labor availability)
Setiap lokasi mempunyai beragam ketersediaan jumlah pekerja yang terampil dan tidak terampil, tergantung pada kondisi ekonomi lokal. Jika di lokasi setempat pekerja yang terampil tidak tersedia maka perlu didatangkan pekerja dari luar lokasi. Mendatangkan tenaga kerja dari satu lokasi ke lokasi lainnya akan memerlukan biaya insentif. Besamya biaya insentif tergantung pada kondisi pasar. Jika mendatangkan tenaga kerja dari luar harus disediakan juga akomodasinya.
6.4. Cuaca (weather)
Kondisi cuaca sangat mempengaruhi hasil kualitas kerja yang nantinya berpengaruh juga pada biaya konstruksi. Sebagai contoh pelaksanaan konstruksi yang dilakukan pada tempat tinggi dengan kecepatan angin kencang, akan mempengaruhi penggunaan keran (crane) dan perIu pengontrolan debu, tambahan perancang sementara untuk menahan dari hempasan angin.
6.5. Pertimbangan desain (design consideration)
Lokasi suatu proyek mempunyai beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh perencana. Sebagai contoh konstruksi bangunan sejarah, seluruh desainnya harus harmonis dengan bangunan sejarah yang ada di lokasi setempat. Pertimbangan penggunaan material dan konfigurasi bangunan perlu disesuaikan dengan kondisi lokal. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Seorang estimator harus paham apakah ada persyaratan khusus untuk material, apakah tersedia tenaga kerja lokal dengan keahlian yang direncanakan, jika tidak maka perIu didatangkan spesialis.
6.6. Kerawanan dan keamanan lokasi (vandalism and site securily)
Keamanan dan kerawanan di lokasi perIu juga diperhitungkan. Misalnya perIu penjagaan selama 24 jam. Tingkat keamanan akan mempengaruhi tingkat resiko pelaksanaan proyek, sehingga kadang kala keamanan setempat perlu dilibatkan.
7. Contoh Kasus Analisis Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton
7.1. Biaya
Pada pekerjaan pembuatan beton bertulang, total biaya yang diperlukan digunakan untuk pekerjaanpekerjaan:
Bekesting
Penulangan
Beton
Finishing, jika diperlukan
Curing (perawatan)
Bila perincian biaya digunakan untuk setiap unit kerja, maka satuan yang digunakan untuk setiap jenis pekerjaan adalah :
Bekesting, satuan: luas permukaan
Penulangan, satuan: berat
Beton, satuan: volume
Finishing dan curing, satuan : luas
7.2. Bekesting
Biaya cetakan tergantung pada kerumitan dari bentuknya, jadi bentuk sederhana lebih murah daripada yang rumit karena ekstra material dan keahlian tukang yang diperlukan berbeda. Bekesting yang dapat digunakan ulang (reuse material) juga dapat mengurangi biaya cetakan. Oleh karena biaya keseluruhan pekerjaan beton tergantung juga pada biaya cetakan (bekesting) maka para perancang (designer) harus memperhitungkan pengaruh daripada bentuk struktur.
Umumnya bahan yang digunakan untuk membuat cetakan adalah dari kayu, plywood, baja, almunium dan kombinasinya atau bahan komposit lainnya. Jika cetakan hanya digunakan sekali atau dua kali, maka bahan kayu masih lebih ekonomis dibandingkan denngan bahan baja atau almunium. Akan tetapi apabila cetakan dapat difabrikasi menjadi bentuk-bentuk panel atau bentuk lainnya seperti bentuk kolom bulat, yang dapat digunakan berulang ka!i, maka bahan baja atau almunium jauh lebih ekonomis daripada kayu.
Penggunaan material untuk cetakan perlu diseleksi agar didapat biaya yang termurah. Perlu dipertimbangkan juga biaya finishing untuk permukaan beton apabila cetakan telah dibuka. Pada penggunaan kayu biasanya setelah cetakannya dibuka akan meninggalkan bekas-bekas, sehingga perlu dibersihkan atau dipoles, yang berakibat pada penambahan biaya. Dengan demikian penggunaan plywood yang permukaannya mulus atau logam dapat mengurangi biaya pemolesan tersebut. Pada prakteknya lebih baik mengeluarkan ekstra uang untuk menggunakan material cetakan yang berkualitas bagus daripada untuk membayar tukang guna memperkerjakan finishing beton.
Faktor pengaruh dalam pekerjaan bekesting meliputi :
Material yang dibutuhkan untuk membuat cetakan bekesting
Plywood. Kayu / kaso-kaso
Paku
Minyak pelumas
Pengait (form ties)
Penggaris (form liners)
Tukang yang diperlukan untuk membuat cetakan.
Jumlah tukang yang diperlukan untuk pembuatan bekesting tergantung pada
Ukuran bekesting
Jenis material yang digunakan. Lembaran plywood yang lebar memerlukan jumlah tukang lebih banyak dari pada kayu
Bentuk struktur. Bentuk yang kompleks memerlukan keahlian tukang lebih banyak
Lokasi bekesting. Bekesting yang dibuat di alas lebih banyak daripada dibuat di bawah
Berapa kali penggunaan panel cetakan fabrikasi atau potongan
Kekakuan dari persyaratan bekesting
Cetakan yang difabrikasi sebelumnya di bengkel kemudian diangkut ke lokasi
Jika bekesting terdiri dari panel-panel atau penampang fabrikasi, kebutuhan tukang diperlukan untuk melakukan pekerjaan merakit, memakai, memindahkan, clan menggunakan ulang. Sedangkan bila bekesting dibuat di tempat maka tenaga tukang diperlukan untuk membuat, merakit, memindahkan dan membersihkan. Urutan kerja para tukang tersebut tentunya juga mempengaruhi biaya pekerjaan bekesting secara keseluruhan.
7.3. Penulangan
Penulangan untuk beton biasanya terdiri dari batang tulangan baik ulir maupun polos, dan kawat beton. Biaya untuk pekerjaan tulangan dihitung dalam satuan berat. Tahap pekerjaan tulangan biasanya meliputi, pemotongan sesuai panjang yang diperlukan dan pembekokan kedalam beberapa bentuk. Untuk pembentukan khusus yang memerlukan mesin pernbekokan dilakukan di bengkel untuk kemudian dibawa ke lokasi. Hal tersebut lebih ekonomis dibandingkan apabila dikerjakan di lapangan.
Untuk menentukan biaya pekerjaan tulangan pertama kali perlu menentukan berat dari tualangan berdasarkan panjang dan ukuran diameter. Jika ingin mengestimasi biaya maka perlu dibuatkan dulu daftar tualangan. Biaya pekerjaan tulangan meliputi :
Biaya bahan dari tulangan
Biaya untuk persiapan shop drawing
Biaya pengangkutan, pemotongan, bending, dsb
Biaya overhead taka dan keuntungan
Biaya transportasi dari toko ke lokasi
Biaya spesialis seperti spacers, saddles, chairs, dsb, jika digunakan
Jumlah tukang yang diperlukan untuk pekerjaan tulangan tergantung pada beberapa faktor :
ukuran dan panjang tulangan
bentuk tulangan
kerumitan struktur
jarak dan panjang tulangan yang harus dibawa
toleransi yang diijinkan untuk bentang tulangan
pengikatan yang diperlukan
keahlian pekerja
7.4. Coran Beton
Biaya pekerjaan beton meliputi biaya pasir, agregrat, semen, air, admixture, pencampuran, transportasi dan penuangan. Mencampur beton di lapangan masih banyak dilakukan. Sementara itu penggunaan beton raedy-mix lebih sering dilakukan untuk proyek-proyek konstruksi yang dibangun di kota-kota besar. Biaya pekerjaan beton akan bertambah untuk pengiriman coran beton ke lokasi yang nilainya beraviasi tergantung ukuran pekerjaan, lokasi, dan kualitas beton. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pekerjaan yang diperlukan dalam pekrjan pembuatan coran beton yang meliputi :
Pengukuran bahan dasar beton, pasir, semen, batu split, air, dsb
Pengadukan
Pengiriman (transportasi)
Penuangan
Biaya untuk menempatkan beton di lokasi juga tergantung pada peralatan yang digunakan. Sebagi contoh, campuran beton bisa ditempatkan langsung di cetakan secara manual, atau dituangkan menggunakan crane atau dipompa menggunakan truk pompa. Jumlah material yang diperlukan untuk pekerjaan beton harus ditambahkan 10% untuk proyek kecil dan 5% untuk proyek besar.
7.5. Analisis Biaya Konstruksi Pekerjaan Baja
7.5.1 Material
Sampai sejauh ini pekerjaan baja yang digunakan untuk struktur baja didirikan berdasarkan komponen bentuk fabrikasi yang sudah standar, seperti lWF, C, T, L, pipa, pelat, dan sebagainya. Satuan untuk bahan baja adalah satuan berat.
Dalam memperkirakan berat struktur baja harus dihitung berdasarkan dari gambar proyek. Manual produser baja biasanya sudah mencantumkan berat setiap penampang baja. Akan tetapi berat tersebut bervariasi sekitar 2%.
7.5.2 Biaya estimasi
Dalam mengestimasi biaya struktur baja, kontraktor akan menyerahkan satu set rencana dan spesifikasinya. Supplier akan menentukan jumlah yang diperlukan termasuk komponen utama, detail sambungan, dan jenis lainnya. Kemudian ditambahkan dengan biasa fabrikasi untukpemotongan, punching, pengeboran, pengelasan, overhead dan keuntungan. Kadangkala juga ditambahkan biaya pengecatan sebelum baja dikirim ke lokasi.
Macam-macam biaya yang diperlukan untuk estimasi biaya pekerjaan baja meliputi :
Biaya standar bentuk structural dari supplier baja
Biaya persiapan gambar pelaksanaan fabrikasi
Biaya fabrikasi bentuk baja menjadi komponen jadi
Biaya transportasi baja ke lokasi
Biaya mendirikan baja termasuk peralatan, tukang, baut atau pengelasan
Biaya pengecatan struktur baja di lapangan
Biaya overhead, pajak dan keuntungan.
Tag: dalam dunia industri konstruksi, dalam estimasi, dalam industri konstruksi, dapat memberikan efek negatif, Estimasi biaya, fungsi dari estimasi biaya, Ketidak-akuratan, konstruksi dan semua pihak yang terlibat, merupakan hal penting, pada seluruh proses, Perencanaan Anggaran Biaya
Rabu, 13 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar